Kamis, 05 Mei 2011

Anthony Giddens: KONSEKUENSI-KONSEKUENSI MODERNITAS

Dalam masyarakat industrial, namun pada batas-batas tertentu di dunia ini secara keseluruhan, kita telah memasuki satu periode modernitas tingkat tinggi, yang terlepas dari ikatan terhadap keyakinan akan tradisi dan terhadap yang telah lama dikenal dengan “titik pengamatan” (baik bagi yang berada “di luar” maupun “di dalam” dan bagi yang lain) –dominasi Barat. Meski penemunya berusaha menemukan kepastian untuk menggantikan dogma-dogma yang telah ada sebelumnya, namun modernitas secara efektif melibatkan institusionalisasi keraguan. Semua klaim pengetahuan, pada zaman modern, pada dasarnya bersifat sirkuler, meski “sirkularitas” ini memiliki konotasi berbeda dalam ilmu alam bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial.

Menurut Giddens, modernitas sebenarnya berorientasi ke masa depan, sehingga “masa depan” memiliki status sebagai model yang kontrafaktual. Meskipun ada alasan lain mengapa hal itu dilakukan, ini adalah satu faktor yang dijadikannya landasan untuk meletakkan realisme utopis. Antisipasi masa depan menjadi bagian dari masa kini, sehingga terpulang kepada bagaimana masa depan sebenarnya berkembang: realisme utopis mengombinasikan “pembukaan jendela” bagi masa depan dengan analisis kecenderungan institusional yang terus berlanjut di mana masa depan politis menjadi imanen dalam kehadirannya.

TEORITISI KLASIK TENTANG MODERNITAS

Marx = modernitas ditentukan oleh ekonomi kaptilalis. Weber = perkembanagan rasionalis formal dengan mengorbankan tipe rasionalitas lain dan mengakibatkan munculnya kerangkeng besi rasionalitas. Durkheim = modernitas ditentukan oleh solidaritas organik dan pelemahan kesadaran kolektif. Simmel = perhatian pada “pengalaman“ modernitas.

MODERNITAS JUGGERNAUT

Giddens = kehidupan modern (berawal di Eropa abad 17) sebagai sebuah Juggernaut (panser raksasa). Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini sangat dinamis. Kehidupan modern adalah sebuah “dunia yang tak terkendali” (runaway world) dengan langkah, cakupan, dan kedalaman perubahannya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya.

Konsekuensi dari tindakan untuk sebuah sistem tidak pernah dapat diramalkan sepenuhnya dan pengetahuan baru terus menerus memberangkatkan sistem menuju arah baru . Karena itu, kita semua tidak dapat mengendalikan laju panser raksasa dunia modern.

Giddens mendefinisakan dunia modern sebagai dunia reflkesi dan kedirian menjadi sebuah proyek refleksif. Dalam kehidupan modern, keintiman dan seksualitas telah tersingkirkan.

MASYARAKAT BERISIKO

Tahap klasik modernitas sebelumnya berkaitan dengan masayarakat industri, sedangkan kemunculan modernitas baru berkaitan dengan masyarakat berisiko. Sehingga, kehidupan masyarakat masa kini mempunya unsur industri dan resiko.

Menciptakan Risiko. Menurut Ulrich beck resiko terpusat dibangsa yang miskin, sedangkan yang kaya mampu menyingkirkan risiko sejauh mungkin. Namun, tak seorang individu kaya atau sebuah bangsa kaya pembuat risiko itu aman dari risiko, Dalam konteks ini Beck menyebutnya “efek bumerang”.

Mengatasi Risiko. Secara dialektika modernitas terdahulu telah menimbulkan baik itu risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya maupun refleksif yang belum pernah ada sebelumnya untuk menanggulangi risiko itu (Beck, 1996).

MCDONALDISASI DAN ALAT KONSUMSI BARU

McDonaldisasi. McDonaldization ini semata-semata tertuju pada rasionalitas formal dan pada fakta bahwa restoran cepat saji (fast food) mencerminkan paradigma masa kini dari rasionalitas formal.

Alat alat Konsumsi Baru. Semua alat-alat konsumsi baru adalah modern dalam pengertian bahwa alat-alat itu sebagian besar adalah incaran baru yang muncul dan berkembang pada akhir abad 20. Alat konsumsi baru sangat rasional dan merupakn fenomena modern.

MODERNITAS DAN HOLOCAUST

Menurut Ritzer, paradigma modern rasionalitas formal adalah restoran cepat saji. Sedangkan menurut Bauman, paradigma modern adalah holocaust, penghancuran sistematis orang yahudi oleh Nazi. Sehingga menurutnya, asal didata dengan benar, kehidupan modern akan siap untuk mengalami bahaya yang jauh lebih besar dan lebih berat ketimbang Holocaust.

Produk Modernitas. Modernitas, seperti yang melekat dalam sistem rasional ini, belum menjadi kondisi yang mencukupi untuk menghasilkan Holocaust. Namun, jelas merupakan kondisi yang diperlukan. Tanpa modernitas dan rasionalitas, ”holocaust tak mungkin terjadi”(Bauman, 1989:13).

Peran Birokrasi. Birokrasi dan para pejabatnya tidak dapat menciptakan Holocaust berdasarkan kemauannya sendiri karena tidak ada tempat bagi pertimbangan moral didalam struktur masyarakat modern.

Holocaust dan McDonaldisasi. Holocaust memiliki seluruh ciri- ciri McDonaldisasi dan yang paling sesuai adalah irasionalitas dari rasionalitas terutama dehumanisasi. ******